VISUALISASI DATA DALAM BENTUK PETA CHOROPLETH BIVARIAT (1)

Johan Hadi
5 min readFeb 7, 2021

--

Peta Choropleth Bivariat

Postingan ini merupakan postingan pertama saya di dunia tulis-menulis. Sebenarnya saya tipe orang yang jarang sekali menulis dan tipe orang yang apabila mengerjakan soal essai akan dibuat secara singkat. Tapi entah apa yang merasuki saya untuk menulis postingan ini XD.

Btw, perkenalkan nama saya Johan Hadi. Saat ini saya sedang mengeyam pendidikan di salah satu universitas di Kota Semarang. Salam kenal ya!

Dalam postingan ini saya akan memvisualisasikan data kepadatan penduduk dan kejadian kebakaran di Kota dan Kabupaten Bogor tingkat kecamatan. Biasanya ketika ada 2 data yang berbeda, akan divisualisasikan dalam 2 peta Choropleth. Akan tetapi saya akan membuatnya dalam 1 peta saja. Visualiasasi ini sama halnya dengan Peta Choropleth biasa, akan tetapi peta ini dapat mempunyai 2 variabel yang mana saling berhubungan. Peta ini biasanya biasanya disebut dengan Peta Choropleth Bivariat. Ilustrasinya sebagai berikut:

Sumber: www.joshuastevens.net

Jadi Choropleth Bivariat ini menggabungkan 2 Choropleth yang sama-sama mempunyai n kelas menjadi n² kelas. Jumlah kelas yang yang dipakai biasanya 3 kelas, akan tetapi dapat juga dengan 2 atau 4 kelas. Lalu bagaimana cara membuatnya?

Langkah-Langkah:

1. Siapkan data-data atribut yang diperlukan yang dapat diperoleh dari opendatabogorkab.com dan data.kotabogor.go.id. Data spasial berupa data vektor administrasi Kota dan Kabupaten Bogor yang dapat diperoleh dari https://tanahair.indonesia.go.id. Software pemetaannya dapat menggunakan software apapun, akan tetapi kali ini saya menggunakan Arcmap. Software pengolahan data seperti Ms. Excel atau sebagainya. Dan software pendukung seperti CorelDRAW, Adobe Photoshop, maupun yang lainnya.

2. Gabungkan dan simpan data atribut dengan format .xls dengan Ms. Excel atau sebagainya. Data yang gabungkan adalah data kepadatan penduduk dan jumlah kejadian kebakaran. Apabila tidak ada data kepadatan penduduk dapat diganti dengan data jumlah penduduk yang mana akan dilakukan penghitungan kepadatan penduduknya di langkah ke 5.

Penggabungan Data

3. Mengatur sistem koordinat dengan sistem koordinat UTM yang sesuai dengan wilayahnya dan menyiapkan data vektor administrasi Kab. dan Kota Bogor di Arcmap.

Mengatur Sistem Koordinat
Persiapan Data Spasial

4. Gabungkan data atribut dengan data spasial dengan dengan Join Data. Agar tergabung secara permanen, buatlah field baru dan menyalin dengan Field Calculator.

Proses Join Data
Hasil Join Data

5. Apabila anda menggunakan data kepadatan penduduk, lewati langkah ini. Apabila tidak, lakukanlah perhitungan kepadatan penduduk dengan Field Calculator. Sebelum melakukannya buat field baru yang berisi atribut luas wilayah yang bisa didapatkan dengan menghitung luasannya dengan Calculate Geometry.

Calculate Geometry Area Dengan Satuan Km²
Kepadatan Penduduk =Jumlah Penduduk/Luas Wilayah

6. Mengklasifikasikan kepadatan penduduk sebagai variabel 1 menjadi 3 kelas dari terendah ke tertinggi dengan atribut 1, 2, dan 3, dan kejadian kebakaran sebagai variabel 2 menjadi 3 kelas dari terendah ke tertinggi dengan atribut A, B, dan C. Klasifikasi dapat menggunakan Field Calculator, Select By Attributes, atapun yang lainnya. Dan gabungkan kedua hasil klasifikasi tersebut menjadi satu kedalam field baru.

7. Melakukan simbolisasi berdasarkan kategori hasil klasifikasi yang telah dibuat. Anda dapat memilih contoh color palette-nya dibawah ini. Kelas A1 berada di pojok kiri bawah, dan kelas C3 berada di pojok kanan atas.

Sumber: www.joshuastevens.net
Gambar Posisi warna masing-masing kelas
Hasil Setelah Simbolisasi

8. Buat legenda peta software pendukung seperti CorelDRAW, Adobe Photoshop, maupun yang lainnya. Kemudian import gambarnya ke Arcmap pada saat layouting peta.

Contoh Legenda

9. Melakukan layouting peta sesuai dengan keinginan anda.

Hasil Layouting

10. Selesai !!!!!!!!!!

Memahami Isi Peta

Untuk memahami petanya anda dapat melihat posisi warna simbol terhadap anak panah yang menunjukan rendah tinggi yang ada pada legenda. Pada peta diatas sebagai berikut:

  1. A1 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk rendah dan jumlah kejadian kebakaran rendah.
  2. A2 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk sedang dan jumlah kejadian kebakaran rendah.
  3. A3 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan jumlah kejadian kebakaran rendah.
  4. B1 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk rendah dan jumlah kejadian kebakaran sedang.
  5. B2 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk sedang dan jumlah kejadian kebakaran sedang.
  6. B3 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan jumlah kejadian kebakaran sedang.
  7. C1 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk rendah dan jumlah kejadian kebakaran tinggi.
  8. C2 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk sedang dan jumlah kejadian kebakaran tinggi.
  9. C3 = Simbol untuk wilayah yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dan jumlah kejadian kebakaran tinggi.

Kesimpulan

Peta Choropleth Bivariat mempunyai 2 variabel yang mana saling berhubungan. Kemudian 2 variabel ini dibagi menjadi jumlah kelas yang sama sebanyak n kelas dan kemudian digabungkan menjadi n² kelas. Jumlah kelas yang yang dipakai biasanya 3 kelas, akan tetapi dapat juga dengan 2 atau 4 kelas. Untuk memahami petanya anda dapat melihat posisi warna simbol terhadap anak panah yang menunjukan rendah tinggi yang ada pada legenda.

Pentutup

Sekian postingan kali ini. Jika ada kesalahan dan kekeliruan dalam postingan ini dapat menuliskannya dalam kolom Responses.

Terima Kasih!!

*Bagian 2

Sumber:

Bivariate Choropleth Maps: A How-to Guide (joshuastevens.net)

--

--

Johan Hadi
Johan Hadi

No responses yet